Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

[Wn] Shougaku Ichinensei Ni Modotta Node Kenjitsu Ni Ikiru - Chapter 48

 


Translator: Aaldiwang


Editor: ?


Chapter 48 - Perintah Pertanyaan


Sekitar 10 menit sudah berlalu sejak saya duduk di atas lututku.

Atau mungkin belum semenitpun berlalu.

Aku sungguh nervous dan malu, dan jantungku berdetak sungguh kencang sampai waktu berlangsung terasa sungguh lama.

"..... Jadi, apa perintah ketiganya?"

Aku tak sanggup berlama-lama bersinggungan dengan perempuan, jadi saya mendesaknya untuk secepatnya menyelesaikan bantal pangkuan.

"Jangan membuatku terburu-buru. Aku ingin tetap menyerupai ini sedikit lebih lama.

Tapi nampaknya sesi bantal pangkuan ini akan berlanjut.

"Bisakah kita berbincang-bincang sedikit?"

"Mengobrol?"

"Ya, mengobrol. Sebuah kisah yang sanggup membuatku mengenalmu lebih baik."

"Baiklah, tak masalah, tetapi..... Cerita tentangku tidaklah semenarik itu."

Aku sudah hidup sabagai seorang pekerja lepas yang jomblo sampai umurku 28 tahun, dan di saat saya berdiri di suatu pagi, saya kembali ke kelas 1, atau sesuatu semacm itu.

"Tak duduk kendala kalau itu tak menarik, saya cuma ingin tahu. Aku ingin tahu perihal Sho-kun."

"Apa maksudmu, perihal diriku, menyerupai tinggi dan berat badanku?"

Aku bicara sendiri, namun saya berpikir bahwa itu bukanlah pemberitahuan yang berguna.

Tak ada faedah dari mengenali sesuatu yang sanggup kamu pahami lewat pengukuran fisik menyerupai hal tadi kecuali untukmu.

Bisa juga, itu akan menjadi kerugian alasannya merupakan hal itu akan menjadi pemberitahuan yang tidak berguna di memori dalam otak.

"Baiklah, saya juga ingin mengetahuinya."

Kau ingih mengetahuinya? Kau ingin mengenali pemberitahuan tentangku yang tidak berharga, barang satu sen pun?

Ada beberapa orang di sekitarku yang ingin mengenali hal menyerupai itu.

"Tapi, kamu tahu. Jika memungkinkan, saya ingin mengenali apa yang kamu suka. Sho-kun."

"Apa yang kusuka... huh..."

"Tak mesti suatu barang, misalnya seseorang yang kamu suka."

Dengan kata lain, beliau ingin mengenali hobiku dan hal yang kusuka. Ini merupakan bab lain dari pemberitahuan yang keliahtannya tak bermanfaat.

Yahh, tergantung individu untuk menegaskan berguna atau tidaknya, dan kalau Mizui-san ingin mengetahuinya, saya akan memberitahunya dengan senang hati. Aku tidak mempunyai kesukaan yang memalukan untuk diceritakan.

"Jika kamu tak duduk kendala dengan pemberitahuan tentangku."

"Benarkah?"

"Yeah, tentu saja."

Aku sanggup menyaksikan senyum kebahagiaan tercurah dari parasnya yang berada di pangkuanku.

Jika kamu senang dengan ini, saya akan membrikanmu pemberitahuan sebanyak yang kamu mau.

"Kalau begitu, ayo mulai dengan..."

Dia kesusahan dengan pertanyaannya, suaranya melambung.

Ada banyak opsi di saat itu bermitra dengan apa yang kamu senangi dan apa yang kamu laksanakan dan sulit menentukannya dengan cepat.

Dia menanti beberapa dikala kemudian membuka mulutnya.

"Beriatahu saya apa masakan kesukaanmu."

"Makanan favoritku..."

Aku kesusahan alasannya merupakan itu terlalu aman.

Tentu saja, bukan mempunyai arti saya tak mempunyai masakan favorit. Sebenarnya, ada banyak yang membuatku kesulitan.

"Hmmm... Aku menggemari segala jenismakanaan."

"Tidak, bukan menyerupai itu. Beritahu saya yang paling kamu suka."

Baiklah, itu benar.

"Apapun" bukanlah jawaban, kan?

Bagaimanapun, di saat saya disuruh menegaskan yang paling kusuka, itu sulit.

Aku sudah mempunyai problem dengan masakan selama nyaris 30 tahun. Yahh, bukannya saya rakus atau semacamnya, jadi bukan mempunyai arti saya sudah mencicipi masakan mahal atau yang sungguh lezat, namun saya pernah melakukan pekerjaan paruh waktu di kedai makanan dan saya sudah mengenal tidak mengecewakan banyak makanan.

Ketika saya diminta menegaskan satu, saya mesti berpikir keras perihal itu.

"Hmmm... Masakan Jepang...?"

"Tidak, jangan sesuatu yang samar."

Itu benar.

Satu-satunya argumentasi saya lebih menggemari masakan Jepang daripada masakan Barat, mungkin alasannya merupakan kerja peruh waktuku di restoran, namun itu bukanlah balasan bagi pertanyaan Mizui-san.

Aku tak pernah berpikir saya mesti terlalu menimbang-nimbang pertanyaan sederhana menyerupai itu.

Kalau begini, saya harusnya menghasilkan daftar mekanan favoritku.

"Sho-kun.... apakah kau... bingung?"

"Guha!"

Seorang anak kelas satu menghinaku cuma dengan empat kata. Itu cukup melukaiku...

Itu merupakan salahku alasannya merupakan tak sanggup memberimu balasan secara cepat.

"T-terima kaih atas komentarmu yang seadanya."

"...? Sama-sama...?"

Dia kebingungan akan kata-kata sarkas sederhanaku dan celaan kepada diriku sendiri.

“――Umm, baiklah, tumis sayuran, kupikir. Yang paling kusuka?"

Aku tak sanggup mengelak dari menjawab pertanyaan, jadi saya menjawab dengan masakan yang paling kusuka di restoran.

Kubilang "tumis sayuran," namun cuma tumis sayuran yang ada di restoran.

"Hee , itu tak biasanya. Kupikir sesuatu yang lebih menyerupai daging atau masakan yang digoreng."

"Itu tentunya sesuatu yang lebih disenangi anak kelas satu umumnya."

Tolong jangan salah paham, saya tak meledek para orang remaja yang menggemari daging dan masakan yang digoreng.

――Aku menerangkan apa pada siapa ya?

"... Sho kun sungguh-sungguh dewasa, kah?"

Aku memang sungguh-sungguh orang dewasa.

"Aku mempercayai apa yang kamu katakan."

Meski selaku orang dewasa, Mizui-san terlihat remaja bagiku.

Sangat menggelikan rasanya diundang orang remaja oleh gadis sepertinya.

"Pertanyaan selanjutnya. Mari kita lihat... apa olahraga favoritmu?"

"Ah, lazimnya saya tak elok dalam olahraga."

Bukan mempunyai arti saya tak menggemari olahraga, namun saya tak sanggup menggemari sesuatu yang saya tak elok di dalamnya.

Aku bahkan belum pernah memainkan suatu permainan olahraga.

"Itu mengejutkan. Kupikir kamu elok dalam olahraga alasannya merupakan kamu cepat."

"Aku hanyalah pelari yang cepat. ――Baiklah, namun saya suka banyak berlari, jadi kalau kamu mengajukan pertanyaan padaku apa olahraga favoritku, kukira olahraga lintasan?"

Jawabannya berupa pertanyaan.

“――Selanjutnya, wilayah favorit untuk dikunjungi."

"Aku lebih meyukai pedesaan daripada perkotaan. Rumah kakekku berada di pedesaan, jadi mungkin itulah mengapa saya menggemari wilayah yang banyak bermitra dengan alam."

Bagaimanapun, saya tak mengingat banyak hal perihal rumah kakekku.

Yang kuingat hanyalah itu merupakan wilayah di pedesaan dimana persawahan terletak lebih bersahabat daripada supermarket. Hanya itu yang kuingat, namun sisanya aga kabur.

Halyang kuingat perihal kakekku adalah...

... Tunggu, itu ak ada relevansinya sekarang.

"Maksudmu, kamu juga menggemari hutan menyerupai yang satu ini?"

"Aku menyukainya, namun bahari akan lebih baik."

"Lautan. ――Akan kuingat itu."

"Apa yang hendak kamu laksanakan dengan itu?"

"Fufufu, itu rahasia."

Mizui-san tersenyum pembangkang seakan beliau mempersiapkan sesuatu, kupikir itu bukanlah planning yang licik.

"Hey, bolehkah saya menanyakan lebih banyak pertanyaan?"

"Hanya kalau waktu mengizinkan."

Itulah mulanya yang udah kami setujui.

"Apa hewan favoritmu?"

"Jika saya mesti menegaskan anjing atau kucing, saya akan menegaskan anjing."

Aku pernah dicakar oleh kucing sebelumnya.

"Apa warna kesukaanmu?"

"Biru."

Aku menggemari warna yang tenang.

"Gaya rambut favorit?"

"Gaya rambut... Aku sungguh menggemari rambutku sekarang, jadi kukira gaya rambutku yang sekarang."

Aku menjawabnya di saat saya sedang memainkan ujung rambutku.

Bukan mempunyai arti saya yakin diri dengan gaya rambutku. Hanya saja saya tak mengenali banyak perihal gaya rambut lain, jadi saya cuma sanggup menjawab begitu.

"Itu bukanlah yang ingin kuketahui, tapi..."

Mizui-san menyisir rambutnya dengan tangannya, terlihat frustasi.

Kelihatannya ia tak puas dengan jawabanku.

“――Kalau begitu, apa busana perempuan favoritmu?"

"Pakaian wanita? Jika saya menjawab itu, apakah saya akan dituntut atas pelecehan seksual?"

Meski bukan begitu kasusnya, akankah mereka melakukannya? Apakah itu hal yang benar untuk tak menjawab pertanyaan ini?

Aku bingung, tak sanggup mengetahui maksudnya.

"Fufufu, saya tak akan melakukannya. Jadi, bagaimana?"

Jika beliau bilang begitu, kalau begitu kupikir tak duduk kendala menjawabnya.

"Pakaian wanita, huh? Aku tak tahu banyak perihal semua itu..."

Tapi ada duduk kendala lain.

Pengetahuanku perihal busana perempuan sangatlah terbatas.

Tak ada yang kuketahui―――

"...Ah, mungkin yang dipakai Mizui-san di saat kamu berkunjung dikala lalu."

"Eh? Be, benarkah?"

Mizui-san melirik wajahku.

"Yeah, saya menggemari gaun itu."

Aku tak bermaksud apa-apa dengan itu. Itulah sungguh-sungguh yang kupikirkan.

"Kalau begitu... umm... ――Bolehkah saya menanyakanmu satu pertannyaan terakhir?"

"Hmm? Apakah ini yang terakhir?"

Masih ada waktu untuk dihabiskan.

Tak duduk kendala kalau ia menanyakan beberapa pertanyaan lagi, namun beliau bersikeras bahwa yang berikutnya akan menjadi yang terakhir.

"Yeah, tak duduk kendala kalau ini menjadi yang terakhir. Tapi kamu mesti menjawab pertanyaan ini. Ini merupakan perintah ketiga."

"....."

Persiapan, kemudian penentuan.

Nada suaranya berubah.

Bobot dari pertanyaan ini berlainan dengn pertanyaan yang sebelumnya.

――Ini merupakan pertanyaan yang ia ingin agar saya menjawabnya dan bahkan menggunakan perintahnya.

Aku sudah punya firasat.

Aku sudah mengenali inti pertanyaannya dan maksud dibalik semua itu.

"Sho-kun... gadis yang kamu sukai..."


Previous Chapter | ToC | Next Chapter


Sumber https://mangabookktranslation.blogspot.com/