[Wn] Shougaku Ichinensei Ni Modotta Node Kenjitsu Ni Ikiru - Chapter 43
Translator: Aaldiwang
Editor: ?
Chapter 43 - Waktu Makan Siang
Setelah jerih payah sepanjang pagi, tibalah waktu siang.
――Itu merupakan waktu makan siang yang sudah usang ditunggu-tunggu.
Semua bawah umur di kelas, apalagi pria yang sudah menghabiskan banyak energinya untuk bermain dodgeball, tentunya sangatlah lapar.
Aku tak terlalu kekurangan tenaga, alasannya merupakan saya cuma terkena lemparan bola di wajahku ketika bermain dodgeball tadi, namun saya tahu nanti saya akan merasa lapar juga seiring berjalannya waktu.
Kami bertiga, dengan Mizui-san dan Rinta, akan makan siang, namun sebelumnya, ada hal yang mesti kami lakukan.
"Hei, Rinta. Kau ada sedikit waktu?"
Aku memanggilnya ketika ia berkeliling untuk mencari wilayah untuk makan.
"Ada apa?"
"Aku ingin makan bareng Mizui-san, jikalau kamu tak keberatan."
Seharusnya, saya bilang itu pada Rinta ketika Mizui-san mengajakku, namun saya tiba-tiba lupa melakukannya.
Aku punya banyak waktu untuk bicara padanya ketika waktu bebas, namun entah mengapa saya lupa.
Mungkin ingatanku tersentak ketika wajahku terhantam.
Keampingkan keteldoranku, saya perlu menyimak jawaban dari Rinta.
Sekarang Mizui-san sedang pergi mengambil bekal makan siangnya, saya mesti bicara padanya.
Tapi di sisi lain, Rinta menggemari Mizui-san. Aku percaya ia akan kebingungan.
Aku percaya itu.
"..... Sesuatu memeberitahuku kamu sudah kian dekat dengan Mizui akhir-akhir ini."
Dia melihatku dengan tatapan curiga.
“――!?”
Jawaban yang tak disangka-sangka betul-betul mengejutkanku.
Mengejutkan bahwa kamu cukup tajam, meskipun penampilanmu menyerupai itu.
Tapi ia benar, Mizui-an dan saya sudah kian dekat belakangan ini.
Melalui kegemaran rahasianya wacana buku bergambar, tinggal di rumahku, dan hal-hal dibelakang layar yang tak dikenali teman-teman sekelasku, kekerabatan kami meningkat ebagai teman.
Sekarang hal ini merupakan fakta yang terang dengan sendirinya.
Tak cuma di simpulan pekan, namun di sekolah, beliau sungguh dekat, atau lebih tepatnya, ia sungguh bersahabat dengan orang-orang di sekitarnya.
Kebanyakan teman dekat sekelasnya niscaya menyadari pergantian sikap yang signifikan pada Mizui-san.
Tetap saja, jikalau diperhitungkan dari umurnya yang masih anak kelas satu, itu tak masuk akal baginya untuk tiba-tiba berteman dengan seseorang.
Aku membaca postingan di internet bahwa itu merupakan hal yang lazim bagi anak SD untuk menjadi sedekat teman dekat seperjuangan cuma alasannya merupakan mereka berbincang-bincang sekali, meski mereka pernah berinteraksi sebelumnya.
Itu tak terlalu meyakinkan alasannya merupakan itu merupakan informasi yang kulihat di internet sudah sungguh lama, namun kurasa bukan hal yang abnormal ketika anak kelas satu yang dekat dengan gampangnya alasannya merupakan interaksi yang sederhana.
Lagipula, ini hanyalah perkataan dari orang rusak yang tak pernah mempunyai seorangpun teman dekat sampai sekarang. Kemampuan ajakannya mungkin lebih rendah daripada informasi di internet.
Pokoknya! Aku tak berpikir itu hal yang abnormal bagi anak kelas satu untuk memajukan relevansinya tanpa ada tanda.
Alasan mengapa Rinta menatapku dengan persepsi curiga merupakan alasannya merupakan ia menggemari Mizui-san.
Ia sedang waspada alasannya merupakan kekerabatan pertemanan mungkin saja bukanlah pertemanan, melainkan kekerabatan cinta.
Jika begitu, Rinta niscaya akan menghentikan itu dengan sengaja.
Itu betul-betul kondisi yang mengganggu.
"Bukankah kamu pernah bilang sebelumnya bahwa kamu tak menyukainya atau apapun?"
Dia menyaksikan padaku menyerupai jikalau kamu memandang seorang tersangka.
"Tidak, kamu tak perlu menatapku menyerupai itu, tak ada hal yang dirasa salah disini."
Sesuatu yang memalukan.
Baiklah, bukan bermakna saya kekurangan ide.... ――Kita sebut saja tak terjadi apa-apa disini.
"Kami cuma teman. Tak ada yang perlu kamu khawatirkan, Rinta."
"..... Hm-mm, baiklah."
Ia terlihat teryakinkan dengan kata-kataku, seakan kecurigaannya menghilang.
Aku nyaris menghancurkan pertemanan, yang mana akan menjadi kejadian jikalau kami meneruskan kekerabatan pertemanan kami diatas permasalahan cinta.
"Apakah tak perkara bagimu?"
Aku mengajukan pertanyaan pada Mizui-san yang gres saja datang.
"Yeah, tentu saja―― ..... Ah! Akan kutekankan, bukan bermakna saya ingin makan bersamamu atau apapun!"
Aku tak mendengar apapun, namun tampang Rinta memerah kemudian mengiyakan.
Kau tak mesti menjadi tsundere disini...
◆
"Maaf mengganggumu, Sho-kun, Sunagawa-kun."
"Masuklah."
"A-ah, kamu mengganggu."
Ketika Mizui-san peri mengambil bekal makan siangnya, Rinta dan saya sedang menggelar suatu tikar, dan kini Mizui-san melangkah ke atas tikar dengan menjinjing kotak bekal berwarna pink yang imut.
Kami bertiga menentukan untuk makan bersama, dan alasannya merupakan jikalau kami menggelar dan membersihkan tikar masing-masing akan mengkonsumsi banyak waktu dan tenaga, kami memutukan untuk makan bareng di tikar yang terluas yang kubawa, kemudian membentuk segitiga.
Mizui-san duduk di arah berseberangan di depanku dari sebelah kiri, dan di sebelah kanannya Rinta.
Mizui-san duduk sedikit lebih dekat denganku, jadi posisi kami tak membentuk segitiga sama sisi sempurna, namun lebih menyerupai segitiga yang berat di sebelah kanan.
...... Meski begitu, Rinta sudah memandangi dengan gelisah dan tak tenteram ejak tadi.
Aku tak perlu memberitahumu kenapa, tapi... apakah itu hal yang perlu kamu gugupkan?
Jujur saja, polosnya Rinta tak cocok dengan penampilannya. Aku mempunyai kesan bahwa ia akan lebih tenteram bila makan dengan gadis yang mengenakan rok sekolah atau yang menyerupai itu (eh mohon maaf)
"..... kotak makanmu kecil, Mizui-san. Apakah kamu orang yang sedikit makan?"
Dia tak makan banyak ketika kami menyebarkan masakan ketika ia menetap di rumahku, jadi saya senantiasa curiga bahwa ia merupakan orang yang sedikit makan.
"Ini wajar untuk perempuan."
Apa itu wajar untuk cewek SD?
Kakakku merupakan pesenam yang juga mengikuti karate dan beliau makan sebanyak takaran petinju magang, jadi saya tak bisa membandingkan itu dengannya.
Kupikir membandingkan orang liar kelihatannya dengan cewek SD biasa itu kasar. Dengan cewek SD, tentunya itu kasar.
Aku tidak mempunyai materi untuk membandingkan di sekitarku, jadi ketika saya diberitahu begitu, saya pribadi percaya begitu saja tanpa ragu.
――Mizui-san membuka tutup kotak makannya dengan bunyi kertakan.
"Oh, itu terlihat lezat."
"Terima kasih."
".....? Tidakkah abnormal bagi Mizui-san untuk menyampaikan terima kasih?"
Itu niscaya bekal produksi ibunya, dan bukan buatannya sendiri.
Apakah ucapan terima kasih itu untuk menyuruh perasaan ibunya?
"Sebenarnya, saya menghasilkan ini sendiri."
"Apa? Serius?"
"Ya. Aku sedikit dibantu oleh ibuku, namun dasarnya, saya menghasilkan semua ini sendiri."
Itu luar biasa.
Dia pandai dalam belajar, olahraga, dan bahkan memasak.
Sulit diandalkan bahwa ia merupakan anak kelas satu.
"A-aku juga menghasilkan ini sendiri!"
"Hey, Rinta, kamu tidak dapat berbohong menyerupai itu."
Aku menentukan untuk waspada dari menyampaikan kebohongan yang terang menyerupai itu dengan yakinnya.
Berbohong itu tak baik, tak peduli seberapa banyak kamu ingin memperoleh perhatian Mizui-san.
"Tidak, saya tak berbohong! Aku menjadikannya sendiri dari awal!"
Ketika Rinta menampilkan kotak bekalnya, didalamnya terisi dengan materi yang indah dan bermacam-macam.
Jujur saja, itu terlihat lebih enak bahkan daripada milik Mizui-san.
Jadi, teori wacana Rinta menghasilkan bekalnya sendirian tak lagi mungkin. Tak ada yang dapat diandalkan sejak awal.
"Yeah... Baiklah saya percaya."
"Aku tak berbohong!"
"Ya ya, saya mengerti."
Kau tek perlu memaksakan kebohongan menyerupai itu seakan itu benar adanya.
Aku akan akal-akalan mengakuinya dan membiarkan itu berlalu.
"Makan siang apa yang kamu punya, Sho-kun?"
"Oh.... Hanya seuatu yang lazim yang dibuatkan ibuku untukku."
Agak sedikit susah menyampaikan bahwa cuma saya yang bekalnya dibuatkan oleh ibuku alasannya merupakan lainnya bilang bahwa mereka menghasilkan bekalnya sendirian, dan untuk sesaat saya gundah apakah saya mesti bilang bahwa saya menjadikannya sendiri biar diriku terlihat lebih baik.
Aku gres saja memperingatkan Rinta, jadi saya tak bisa membiarkan diriku melaksanakan itu.
Aku menyampaikan sejujurnya dan menjajal mengeluarkan kotak bekalku dari tas.
Lalu itu terjadi sesaat setelahnya.
"Kaa! Kaa!"
Makhluk melayang berwarna hitam melalui di depanku dari arah kananku dengan uara yang keras.
Itu merupakan burung gagak.
Seekor burung gagak melalui di depanku dengan kecepatan yang hebat.
Kejadian itu sungguh tiba-tiba sampai saya tak sempat berteriak.
Aku bengong alasannya merupakan kaget, namun secepatnya saya menyadari bahwa situasinya menjadi lebih serius.
........ Hi... Hilang...!
Kotak bekal milikku sudah hilang!
Ketika saya menolehkan pandanganku dari tanganku ke gagak yang sudah melayang lagi, beliau mengigit tali kotak bekalku di mulutnya dengan tangkas.
Wow, gagak itu punya rahang yang sungguh mempunyai efek rupanya.
Ah! Ini bukan waktunya untuk terpesona!
"Ma-makan siangku!!!!"
Aku bangun untuk mengambilnya kembali, namun gagak itu sudah mengepakkan sayapnya dan melayang dengang tinggi yang tak bisa digapai dengan lengan manusia.
Aku merangkak di tanah dengan lututku dan cuma bisa menyaksikan itu dengan menyesal ketika kotak bekalku terbang.
Mengapa kamu mengusik makan siangku?
Apakah ini pembalasan? Apa kamu tiba untuk balas dendam alasannya merupakan menyalahkan gagak yang sudah menghancurkan observasi bebasku?
Aku minta maaf wacana itu, namun saya ingin makan siangku kembali!
Aku menghendaki itu, tetapi gagak itu sudah menghilang dibalik pepohonan.
"M-mari kita pikirkan, ada sarang gagak disana, kan? Aku tak menerka semua bekalmu akan dicuri, namun..."
"Ma-makan siangku....."
Aku tak bisa mempercayainya bahwa saya sudah terkena kesialan semacam itu di program sekolah pertamaku.
Apa yang haru kulakukan?
Pasrah dengan rasa kecewa dan rasa lapar, bahwa saya sudah kehilangan.
"Ada apa, Itosaki-kun?"
Imai-kun, yang sedang makan di golongan lain, mendengar teriakan kesedihanku kemudian memanggilku.
"Sebenarnya, makan siang Sho-kun sudah dicuri oleh burung gagak."
"Burung gagak? Itu sungguh buruk."
"Hahaha, tertawa saja alasannya merupakan kesialanku."
Lega rasanya jikalau kamu bisa menjadikannya menjadi dongeng yang jenaka.
Itu merupakan harga yang kecil untuk dibayar jikalau satu takaran makan siangku bia menjinjing senyuman di tampang semua orang, hahaha.
Aku memaksa diriku untuk menyaksikan segala sesuatu dari sisi positif, tetapi saya masih tak bisa mencampakkan rasa kecewaku.
Ketika saya betul-betul murung seakan itu merupakan simpulan dunia.
"Jika kamu mau, saya akan menyebarkan makan siangku denganmu."
Imai-kun dengan murah hati menampilkan suatu nasi kepal yang dikemas dengan plastik.
"K-kau tak masalah?"
"Ya, tentu saja. Kami senantiasa disini untukmu jikalau kamu memerlukan kami."
I,Imai-kun...!
Aku tergerak secara tak sadar alasannya merupakan kebaikannya.
Jika ia merupakan perempuan, niscaya saya akan jatuh cinta padanya! Bahkan sekarang, selaku laki-laki, saya nyaris jatuh cinta padanya!
Ketika saya memandang Imai-kun dengan mata yang berkilauan, tampang Mizui-san bermetamorfosis merengut untuk sesaat, kemudian ia mengatakan.
"Aku juga akan menyebarkan milikku."
Dia menaruh tutup kotak bekalnya di depanku kemudian menaruh sepotong telur goreng diatasnya.
"M-Mizui-san..... Terima kasih."
"Oh baiklah, saya juga akan membagi sebagian milikku."
Meski bilang begitu, Rinta menaruh ayam goreng di tutup kotak bekal yang ada di depanku.
"Ri-Rinta..... Terima kasih banyak."
Aku sungguh tersentuh sampai mataku sedikit berair.
Tapi bukan cuma itu yang membuatku bahagia.
"Apa? Makan siang Itosaki-kun menghilang?"
"Oh, itu sungguh buruk."
"Aku akan menyebarkan makananku denganmu."
"Aku akan berbagi."
"Aku juga akan berbagi."
"Kalau gitu, akan kubagi."
"Aku juga."
Teman-teman sekelaku tiba padaku dan meleteakkan masakan pada tutup kotak bekalku satu persatu.
Hei, guys...!
Aku tak bisa menahan tangis alasannya merupakan kebaikan dan simpati teman-teman sekelasku terhadapku.
Beberapa pria memberiku sayuran, namun saya betul-betul tersentuh dan itu sama sekali tak menggangguku.
――Tak usang kemudian, tutup kotak bekalku terisi sarat dengan makanan.
Perutku dan hatiku sudah penuh.