Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

[Wn] Shougaku Ichinensei Ni Modotta Node Kenjitsu Ni Ikiru - Chapter 49

 


Translator: Aaldiwang


Editor: ?


Chapter 49 - Harga diri


Gadis yang kusukai.

Aku tak terlalu sensitif sampai saya tak sanggup menyaksikan arti gotong royong dari apa yang ditanyakan Mizui-san.

"Itu..."

Tak mungkin saya sanggup mengatakannya dengan mudah.

Entah saya menggemari seorang gadis atau tidak, saya tak sanggup mengatakannya dengan mudah.

Bukannya saya terlalu aib untuk memberitahumu.

Aku sudah usang lewat umur dimana saya aib untuk menyampaikan siapa yang kusukai.

Ada argumentasi lain mengapa hal itu sukar dikatakan.

"....."

Aku kehilangan kata-kata.

Bukanlah hal yang gila bila terpojok dalam kata-kata sebab saya tak pernah menjadi komunikator yang baik, tetapi di saat ini, tak duduk kasus seberapa baik atau jelek diriku dalam berkomunikasi.

"Tak adil untuk membiarkan Sho-kun menyampaikan itu sendirian."

"Apa tujuannya itu――"

"Aku juga akan mengatakannya."

Apa? Aku tak menyampaikan hal bijak apapun.

Dia tak peduli dengan hal semacam itu, tetapi ini merupakan caranya menghasilkan keputusan.

Ini bukanlah ihwal curang atau sesuatu semacam itu.

Dia memberitahuku hal itu sebab ia menentukan bahwa itu merupakan kawasan yang sempurna untuk memberitahuku.

Mizui-san masih berbaring di pangkuanku, dan ia tidak mau bangun.

Tak ada gejala ia menyaksikan padaku.

Hanya ia yang mengenali isi pikirannya jikalau ia berbuat begitu.

Ketetapan dan kecemasannya merupakan hal yang cuma ia yang sanggup mengenali dan merasakannya.

Itu bukanlah hal yang sanggup kupahami dengan mudah, dan memang tidak seharusnya.

Tangan kanan Mizui-san menawan kerah kaosku.

Dengan segala keberanian yang sanggup ia kumpulkan, ia membuka mulutnya.

"Aku menyukai......... Sho-kun."

"Aku menyukaimu, Sho-kun.tidak, saya mencintaimu. Aku mencintaimu lebih dari siapapun, saya bersumpah."

"....."

"Bagiku, Sho-kun merupakan seorang pangeran. Dialah satu-satunya yang menerima dan mengakuiku."

Seorang pangeran.

Aku menilai perkataanya selaku suatu kiasan.

"Aku bukanlah orang sehebat itu."

Aku menjajal merendah.

Aku sudah hidup nyaris selama 30 tahun.

Kupikir saya mengenali diriku sendiri dengan cukup baik.

Aku senantiasa dimengerti bahwa saya bukanlah orang yang luar biasa, dan saya senantiasa mengenali itu.

Itulah mengapa saya menentukan untuk mengulang hal yang sama.

"Tidak, itu tidaklah benar. Setidaknya bagiku, Sho-kun merupakan orang yang hebat. Karena tidak mungkin seseorang yang tidak andal sanggup diminati oleh orang lain. Aku merupakan bukti bahwa kamu merupakan orang yang hebat.

"....."

Aku berhenti menghujat diriku sendiri sebab perkataan itu.

Jika saya mencibir diriku lebih jauh itu sama saja saya mencibir Mizui-san.

"Sho-kun, apa kamu ingat apa yang kamu katakan di perpusatakaan?"

Itu niscaya pertama kalinya bagi Mizui-san dan saya menjalankan percakapan dengan baik.

Itu pati disana di saat saya mencar ilmu mengenai kegemaran buku bergambar.

Itu belum usang terjadi, dan saya mengenang aliran yang ia katakan dan banyaknya langkah-langkah menyakitkan yang kuambil.

.... Tapi ingatanku agak samar jikalau itu menyangkut ihwal apa yang Mizui-san katakan di perpustakaan.

Hal yang sungguh fantastis merupakan saya tak ingat banyak hal ihwal yang saya katakan.

Itu mungkin cuma sebab ingatanku buruk.

"Tidakkah kamu mengingatnya?"

"Maafkan aku."

Kenyataan bahwa ia menggali kenangan itu disini bermakna saya mungkin sudah menyampaikan sesuatu yang penting baginya.

Karena saya melupakannya, pada hasilnya saya meminta maaf.

Tapi saya tak berpikir bahwa saya menyampaikan sesuatu yang penting.

"Fufufu, saya menegrti."

Karena beberapa alasan, ia sedang dalam mood yang bagus, meski saya melupakannya.

"Sungguh, Sho-kun, kamu luar biasa."

".....?"

Aku tak tahu mengapa saya sungguh hebat di titik ini.

"Kau mesti jujur pada dirimu sendiri dan hidup dengan bebas. Itulah yang kamu katakan padaku."

Dia mengulang perkataan yang kukatakan padanya waktu lalu, tanpa ada perkataan yang terpotong.

Jika kamu tanya padaku, saya ingat menyampaikan sesuatu semacam itu.

Tapi saya tak berniat selaku hal yang kekanak-kanakan, ataupun sesuatu yang maknanya dalam, saya cuma mengatakannya sebab kupikir saya mesti mengatakannya.

"Aku percaya itu hanyalah komentar sederhana darimu, Sho-kun..... Tapi kata-kata itu menyelamatkan hidupku. Itu merupakan perkataan yang menyelamatkanku dari terjebak dalam persepsi orang-orang di sekitarku, citra mereka, dan banyak hal lainnya.'

"Tapi siapapun sanggup menyampaikan hal itu――"

"Tidak, itu merupakan sebab kamu Sho-kun yang sanggup menyampaikan hal itu. Itu sebab apa yang kamu katakan, Sho-kun, sampai saya terselamatkan dan kemudian jatuh cinta padamu."

"....."

Itu tak benar. Aku masih mencicipi hal yang sama.

Pada suasana itu, siapapun selain diriku akan menyampaikan hal serupa.

Tapi ia menolaknya dengan keras... ia mematahkan pendapatku.

"Itu bukanlah hal yang sanggup dibilang semua orang. Itulah mengapa kamu hebat, Sho-kun."

"....."

Aku tahu saya cuma mengulang perkataanku, tetapi itu tak merubah apapun.

Aku belum sanggup menyaksikan diriku selaku orang yang hebat.

Aku tak sanggup berhenti menimbang-nimbang ini.

"――Aku menyukaimu, Sho-kun.

Dia merupakan orang yang akan mendengarkanku di saat ia mengenali bahwa saya menggemari buku bergambar, ia orang yang pemikirannya terbuka untuk mengakui rasa cintaku pada buku bergambar. ia keren di saat ia ulet mencar ilmu setiap hari, ia sedikit gila, namun ia manis sebab itu, dan ia merupakan orang yang serius dan mempertahankan janjinya denganku.

Ada banyak hal yang kusukai ihwal itu. Ada terlampau banyak untuk kutuliskan satu persatu.

Dan saya menggemari semua itu. Aku mencintainya."

"Tapi tak mesti diriku..."

Aku takut akan sesuatu, saya menyangkalnya.

"Tidak begitu. Tak menyerupai itu, Sho-kun.

Aku sudah menyampaikan banyak hal tentangmu yang sudah berbuat baik dan kegantenganmu, tetapi bukan itu hal yang paling penting.

Aku tak peduli dengan kebijaksanaan ataupun argumentasi apapun, saya menyukaimu, Sho-kun.

Aku tak menggemari orang ganteng, saya menggemari Sho-kun.

Semua argumentasi untuk menggemari seseorang hanyalah suatu renungan.

Aku jatuh cinta pada Sho-kun bukan sebab ia baik ataupun ganteng, tetapi sebab kamu Sho-kun."

"Karena diriku..."

"Jadi, Sho-kun. Jangan katakan "siapapun" atau "meski bukan diriku". Aku mencintaimu, Sho-kun, bukan orang lain."

Sedikit kesedihan tesirat dalam suaranya.

Mizui-san cuma merasa terluka dan bersedih sebab diriku yang senantiasa merendah sama halnya menyerupai dirinya yang terjebak, kurang lebih begitu.

..... Pernahkah saya betul-betul diamati oleh seseorang selain keluargaku?

Tidak, tidakpernah.

Aku tak pernah patut untuk itu.

Jika kamu tanya padaku apakah kini saya layak atau tidak, saya tak percaya diri untuk mengangguk dan bilang ya.

Tapi jikalau saya berpikir begitu, saya akan menghasilkan Mizui-san bersedih lagi.

Aku bukanlah satu-satunya yang menyeleksi nilai diriku.

Itu merupakan aliran yang aneh, tetapi itulah kebenarannya.

Berharganya diriku diputuskan oleh dikehendaki atau tidaknya oleh orang lain, dan lebih pentingnya lagi, seberapa dibutuhkannya diriku.

Aku tak menggemari aliran ihwal menilai seseorang, tetapi kamu tak sanggup membicarakan ihwal eksistensi seseorang cuma dengan menyampaikan hal baiknya saja.

Sekarang saya sudah diberitahu oleh Mizui-san bahwa ia menyukaiku dan ia sudah menyaksikan hal baik pada diriku.

Aku merasa senang...... dan juga merasa berat.

Aku tak percaya jikalau saya cukup layak untuk dirimu menyukaiku.

... Ini tak bagus.Aku cuma sanggup menimbang-nimbang hal negatif.

Pemikiran negatif sudah bersarang di kepribadianku dan tidak mau pergi.

Caraku hidup selaku insan tak akan berubah cuma sebab saya melompati waktu.

"Terima kasih..... Aku bahagia kamu bilang begitu."

Itu merupakan terimakasih yang rapuh, saya berpikir pada diriku sendiri.

Sepertinya saya tak akan sanggup menggemari diriku sendiri sebagaimana Mizui-san menyukainya.


Previous Chapter | ToC | 


Sumber https://mangabookktranslation.blogspot.com/