Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

[Wn] Shougaku Ichinensei Ni Modotta Node Kenjitsu Ni Ikiru - Chapter 37

 


Translator: Aaldiwang


Editor: Yoshida



Chapter 37 : Telepon dari Teman

Aku masih menulis, namun sehabis berlibur, saya merasa tersegarkan.

Jika kamu sedang buntu, saya menyarankanmu untuk mengambil piknik daripada tergesa-gesa mengerjakan.

Jika kamu sedang buru-buru, ambillah liburan.

Setelah hari sabtu dan ahad yang menyenangkan, datanglah hari senin.

Aku sedang bermalas-malasan menonton TV di ruang keluarga sehabis mengakhiri kelasku di sekolah.

Dibandingkan dengan liburanku yang ribut, hari ini yang kuhabiskan sendirian terasa membosankan.

Matahari sedang karam dan hari mulai gelap, jadi saya tak sanggup pergi untuk berlari.

Tak banyak waktu yang kusukai di malam begini, jadi kupikir saya cuma akan kembali duduk dan menuntut ilmu untuk masa depan.

Aku turun dari sofa kemudian berlangsung ke kamarku.

"Purururu."

Tak usang sehabis saya melalui telepon, itu membunyikan bunyi memperoleh panggilan masuk.

Ibu sedang mandi, kakakku sedang mengurung diri di kamar, dan ayah belum pulang.

Sepertinya saya tidak mempunyai opsi selain menjawab telepon.

Aku meletakkan gagang telepon di telinga, sambil memutuskan untuk menutup telepon kalau itu yaitu telepon dari sales.

"Halo, Itosaki disini."

『 Ah, umm, halo? Apakah ini, um, Kakeru, rumahnya Kakeru-kun? kan? 』

Dia mengatakan dengan sapaan yang payah dan dengan bunyi yang entah mengapa terasa familiar, walaupun itu bunyi dari mesin.

"Ini kediaman Sho-kun, dan saya Sho, Rinta."

Aku menceritakan pada Rinta, yang salah paham wacana tamu rumah.

Aku tak ingat memberinya nomor telepon rumahku, jadi ia niscaya menerimanya dari daftar kontak yang dicetak di sekolah.

『 Oh, apa? Ini Kakeru, kan? 』

Aku sanggup mendengar bunyi lega Rinta dari seberang telepon.

Meskipun orang berwajah ramah seumpama Rinta niscaya akan nervous di saat mengatakan dengan orang dewasa yang tidak ia kenal.

"Jadi, ada apa? Di jam segini?"

Waktu sudah menyampaikan pukul 07.30.

Aku tidak mempunyai argumentasi tertentu dalam pikiranku, jadi saya menanyakan padanya langsung.

『 Kau tahu, kita punya PR Matematika hari ini kan? 』

"Ah, ya, batas pengumpulannya besok."

Biasanya, saya sudah menyelesaikannya di hari yang serupa di saat itu ditugaskan.

Mungkinkah kamu ingin menyalinnya? Jika begitu, kita tidak mempunyai ponsel, jadi kita tak sanggup berkirim foto.

『 Sebenarnya, saya meninggalkannya di sekolah. 』

"Eh, benarkah...?"

Kau tak meneleponku untuk mengabarkan itu, kan?

Jika begitu, mengapa kamu tidak pergi dan mengambilnya sendiri, atau mengalah saja dengan anggun?

――Kupikir bukan begitu, namun tak mungkin ia takut untuk mengambilnya sendiri.

『 Y-Yahh, kamu tahu... J-jika Kakeru bilang begitu, saya sanggup mengambilnya bersamamu! 』

Sepertinya saya benar.

Baiklah, memang benar bahwa sekolah di tengah malam yaitu latar untuk dongeng horor klasik, namun apakah benar benar seseram itu hingga kamu mesti mengontak temanmu dan memintanya untuk pergi bersamamu?

Maksudku, walaupun saya melakukannya, saya tak akan sanggup memasuki sekolah.

Pintunya niscaya terkunci.

Kau tak sanggup merusak jendela dan masuk begitu saja seumpama pencuri, jadi biarkan saja Rinta mudah-mudahan melalaikan PRnya dan dimarahi Sari-sensei.

"Maafkan aku, tapi――”

『 Datanglah ke depan sekolah sekarang! Sampai jumpa disana! 』

Dia menutup teleponnya dengan bunyi dengungan.

……………

Jika saya terpotong seumpama ini, Aku tidak mempunyai opsi selain pergi.

“…… Hmm, apa boleh buat, saya tidak mempunyai opsi lagi."

Aku tak menyukainya, namun saya mesti pergi.

Aku tak sanggup menghasilkan temanku menungguku di depan sekolah tengah malam begini.

――Sekarang saya yaitu anak kelas satu.

Aku tak dewasa untuk pergi keluar malam sendirian di jalan yang gelap gulita.

Jika saya memberi tahu ibuku saya ingin keluar sekarang, tentunya ia akan menghadangku.

Jadi saya tidak mempunyai opsi selain pergi tanpa memberitahunya.

Jika saya sanggup menyelinap keluar dan kembali tanpa diketahui siapapun, ibuku tak akan mengenali bahwa saya meninggalkan rumah tengah malam.

Beruntungnya, ibu bilang ia akan pergi mandi dan tak akan keluar untuk beberapa saat. Mandinya senantiasa lama.

Lalu kakakku, ayahku sudah mengontak dan menyampaikan bahwa ia akan kerja lembur, jadi ia tak akan pulang segera.

Yang mesti kulakukan hanyalah mengambil PR kemudian pulang.

Aku bukanlah anak yang sungguh bagus hingga saya mesti mematuhi segala perintah ayah dan ibuku.

(※Seluruh anak baik mesti mematuhi perintah ayah dan ibunya. Dan jangan pergi ke luar rumah tengah malam, itu berbahaya.)

Jadi saya mengubah busana rumahku dengan busana luar sesegera mungkin.

Bisa jadi malam ini dingin, jadi saya mengenakan hoodie merahku mudah-mudahan tetap hangat.

Aku mengarah ke pintu depan, melangkahkan kaki keluar dengan segera mudah-mudahan keluargaku tak mengenali kalau saya pergi, kemudian mencabut kunci mudah-mudahan tak menghasilkan suara.

Tentu saja, diluar gelap gulita, dan bulan tercermin dengan terang di langit.

Harusnya saya cuma butuh 20 menit untuk hingga kesana dan kembali kalau ditotal.

Aku berlari ke sekolah mudah-mudahan saya bia pulang ke tempat tinggal dengan cepat.

 ─────── ******* ───────

“Y-Yo, Kakeru.”

Rinta, yang sudah hingga ke sekolah lebih dahulu dibanding diriku, dengan persepsi takut di wajahnya.

Akan lebih sempurna untuk menyampaikan bahwa ia takut........

Suaranya agak gemetaran.

Apa yang ia bicarakan pastilah wacana sesuatu yang spiritual, seumpama hantu atau monster.

Aku mempunyai bayangan wacana Rinta selaku anak kecil yang tak tahu apa yang ditakutkan, namun itu meningkat menjadi suatu ilusi.

"Serius, jangan meneleponku semalam ini dengan obrolan satu sisi seumpama itu..."

Aku sedikit marah.

Walaupun untuk anak kelas satu, itu gila.

"Baiklah, itu―― Aku minta maaf."

Rinta meminta maaf dengan menyesal.

Sikapnya sendiri sudah lebih dari cukup untuk membuatku mengetahui bahwa ia sungguh-sungguh menyesal.

Rinta sungguh-sungguh mengerti, kan?

“…… Itu cuma untuk hari ini."

Aku akan memaafkanmu alasannya yaitu sudah meminta maaf dengan tulus.

Itu yaitu proposal terbatas. Aku tak akan melakukannya lagi.

"Baiklah, ayo secepatnya kita ambil. Aku percaya tak satupun dari kita berdua yang ingin berlama-lama disini."

Seperti halnya Rinta yang takut pada hantu, saya takut kalau ibuku tahu kalau saya pergi keluar tengah malam kemudian dimarahi.

"Ah, ya."

Rinta mengangguk dengan persepsi sarat tekad di matanya.

Kau tak perlu telihat seumpama orang yang sedang di ambang pertempuran cuma alasannya yaitu kamu sedang menyelinap ke sekolah.

Aku tak sanggup berhenti mempertimbangkan selain langkah-langkah Rinta sedikit berlebihan, dan saya sedikit terguncang, namun saya tetap pergi ke sekolah di tengah malam.


Previous Chapter | Next Chapter


Sumber https://mangabookktranslation.blogspot.com/