[Wn] Shougaku Ichinensei Ni Modotta Node Kenjitsu Ni Ikiru - Chapter 38
Translator: Aaldiwang
Editor: Yoshida
Chapter 38 : Malam di Sekolah
Gerbang utama sekolah mempunyai gembok untuk menghambat penyusup, jadi kami memanjat dinding terluar kemudian memasuki lahan sekolah.
"Jadi, apa yang kita lakukan sekarang?"
Sejauh ini, masih bagus, namun masalahnya merupakan sehabis ini.
Tak semudah itu memasuki sekolah.
Aku percaya pintu-pintu niscaya terkunci rapat.
Aku mesti konsentrasi pada jendela kamar mandi lantai satu dan daerah yang lain yang mungkin lupa untuk dikunci.
Dengan hal itu yang kupikirkan, saya bersiap mengitari SD.
"Ayo masuk sekarang."
Rinta menjajal mendobrak pintu depan.
Guru piket yang bertugas patroli di sekolah tak akan pernah menghasilkan kesalahan hingga lupa mengunci pintu depan, seberapapun lalainya mereka.
"Tidak, saya tak berpikir itu――”
Itu tak akan terbuka. Aku gres ingin menyampaikan itu, dikala Rinta menjajal membuka pintu dengan paksa, dan itu terbuka dengan mudah.
... Sungguh?
Mengapa pintu depan, yang harusnya terkunci, namun malah terbuka?
Mungkinkah tak ada penyusup yang mau masuk lebih dulu, atau mereka curiga kalau itu merupakan jebakan sehingga mereka tak akan memasukinya?
Apakah membiarkan pintu depan terbuka merupakan perlawanan kepada penyusup?
Tak mungkin sekonyol itu.
Jika begitu, maka itu hanyalah kesalahan kecil yang diperbuat oleh guru yang gila.
Tapi adakah orang yang lebih ndeso dibanding Santa Claus yang tiba di bulan Juli?
Tujuan paling utama dalam patroli merupakan mengunci pintu depan.
Tapi kenyataannya pintu depan terbuka, dan saya heran apa mungkin kesalahan menyerupai itu sanggup terjadi.
Bagaimanapun, kami mujur alasannya merupakan kami tak perlu mencari-cari jalan untuk masuk.
Untuk kali ini, kami berterimakasih pada guru yang akil menyerupai ini.
"Kalau begitu, apakah mesti kita masuk?"
"Umm, uh, yah."
Rinta mengangguk, namun tak bergerak.
"Umm... Rinta?"
Biasanya, akan lebih alami baginya untuk membuka pintu depan dan memasuki sekolah sebelum diriku, namun beliau tak bergerak seinci pun.
Ia menyerupai benda yang tak sanggup dipindahkan, bahkan beliau tak .....
"A-aku tak kuat, jadi kuserahkan pada Kakeru untuk memimpin jalan!"
"......."
Aku tak memintanya, namun beliau memberiku.
Dia gemetar ketakutan, dan tidak mau memimpin.
"Baiklah. Aku akan jalan duluan, oke?"
Aku melalui Rinta yang sedang gemetaran dan memasuki sekolah tanpa izin.
Meskipun itu suatu pelanggaran, kita tak sanggup menginjakkan kaki begitu saja, kan?
Jika saya bukan anak SD, saya sedang melakukan langkah-langkah kriminal, namun cuma alasannya merupakan saya melakukan itu bukan memiliki arti saya boleh melanggar hukum sekolah.
Setelah mengubah sepatuku, saya melangkah ke dalam sekolah.
Rinta tepat di belakangku, mengikuti gerakanku dikala kami memasuki sekolah.
Normalnya, sekolah gelap gulita.
Tapi disana tak sungguh-sungguh gelap, syukurlah ada penerangan dari luar dan juga sinar bulan yang masuk lewat jendela, namun di ruang yang tak diterangi cahaya masihlah gelap.
――Tempat dimana beliau lupa menaruh PR itu semestinya ada di kelas kami, Kelas 1 Angkatan 3.
Ruang kelas terletak di ujung dari aula multi fungsi yang ada di lantai 1.
Jika itu terletak ditempat dimana kamu tak perlu naik tangga sehabis masuk dan kamu tak perlu menyalakan lampu.
Meskipun agak gelap, tak akan jadi duduk permasalahan jika cuma jarak segitu.
Yang mesti beliau lakukan hanyalah secepatnya mengambil PR nya dan cepat-cepat pergi.
Aku tak perlu mencari sakelar lampu dan pribadi menuju ke kelas.
"H-hei, ayo nyalakan lampunya."
Rinta, beliau memegang pundakku dengan kedua tangannya, memintaku padaku dari belakang.
Aku sanggup mencicipi ketakutannya dari tangannya yang gemetar.
"Tak perlu. Ini akan akhir dengan cepat."
Jika kamu ketakutan, mengapa tak kamu biarkan saja?
Aku tak pernah takut pada hantu, goblin, dan hal-hal lain yang ditakuti pada biasanya orang.
Bukannya saya sok ataupun lancang.
Aku cuma tak percaya pada sesuatu yang tak ilmiah.
Aku tak tahu jika itu rasa takut kepada orang yang mencurigakan, hewan buas, ibuku yang mendapatiku keluar tengah malam, atau hal lain yang memunculkan ancaman tersendiri, namun saya tak mengetahui argumentasi psikologis untuk takut pada eksistensi yang tak dikenali atau bahkan tak ada.
Jadi meski saya sanggup mencicipi panik Rinta, itu tak besar lengan berkuasa padaku.
Maafkan aku, namun saya tak mempunyai waktu untuk menyesuaikan laju Rinta yang lamban, tubuhnya sedang diselimuti rasa takut.
Aku punya kapasitas mental, namun tidak dengan waktu.
Aku menolak permintaannya, walaupun sedikit memaksa, kemudian melangkah masuk ke ruang kelas.
"Kita sampai. Cepat ambil PR mu dan pulang."
"Uh-huh."
Aku secepatnya mendesak Rinta sehabis hingga di kelas, dan beliau patuh, kemudian bersegera ke kursinya.
Ia menyaksikan ke laci mejanya dengan takut akan apa yang menunggunya dari sana.
Tak perlu takut, alasannya merupakan tak mungkin ada hantu di dalam meja. Aku bahkan tak tahu apa mereka sangat ada di dunia nyata.
"Ketemu?"
Ketika saya memanggilnya di saat beliau sedang mengintip ke dalam meja, Rinta melompat menyerupai kucing yang berjumpa musuh alaminya.
"Apa? J-jangan tiba-tiba bicara padaku!"
"Uh... Maaf."
Untuk beberapa alasan, saya dimarahinya.
Aku tak sanggup bicara padanya kecuali secara tiba-tiba, jadi masuk akal saja.
Kau mau saya menjumlah mundur sebelum saya bicara? Itu bahkan lebih menakutkan.
"Kau mendapatkannya?"
"――Ya, saya menemukannya."
Rinta memegang lembar PR di tangannya.
Dengan begini kupikir saya sanggup pulang lebih awal.
Aku menyaksikan ke jam dinding di kelas dan jam menyediakan pukul 7:45. Aku sanggup hingga di rumah tanpa ada yang menyadarinya.
Ini merupakan kriminal yang sempurna.
Itu bukan candaan, alasannya merupakan yang ku lakukan merupakan pelanggaran.
――Begitulah, jika mereka tak menemukanku.
Aku menggumamkan sesuatu yang agak mengusik di pikiranku kemudian mengarah ke lorong.
"Baiklah, ayo pulang."
Sekali lagi, Rinta menaruh tangannya di bahu kananku untuk memberiku sinyal untuk pergi.
Kau tak sanggup bergerak tanpa menaruh tanganmu di pundakku? Itu menyerupai pedal gas saja.
Dengan isyarat tersebut, Aku, Itosaki Sho, melangkah maju.
Ketika saya melalui lobi menuju ke pintu masuk.
"Tap, tap."
Langkah kaki.
Dan suatu bayangan di ujung lorong.
Previous Chapter | Next Chapter
Sumber https://mangabookktranslation.blogspot.com/