[Wn] Shougaku Ichinensei Ni Modotta Node Kenjitsu Ni Ikiru - Chapter 39
Translator: Aaldiwang
Editor: Yoshida
Chapter 39 : Pengalaman Menakutkan
Aku mendengar bunyi langkah kaki.
Dan itu bukan dariku ataupun Rinta.
Itu merupakan bunyi langkah kaki yang tiba dari aula di depanku.
Tak cuma langkah kaki. Ada bayangan juga disana.
Sekolah sungguh gelap, dan saya cuma dapat menyaksikan bayangan hitam dari seseorang yang berjarak kira-kira 10 meter dariku dengan samar-samar.
Meski begitu, saya dapat memberi tahu bahwa itu bukan pria dewasa.
Aku cuma dapat melihatnya dengan samar, namun bukan memiliki arti saya sama sekali tak dapat melihat.
Samar-samar saya dapat mengenali garis badan dari seseorang yang ada di ujung koridor. Garis tubuhnya tak menyerupai pria dewasa.
Dan itu bukan anak-anak.
Itu bukanlah bunyi langkah kaki anak kecil yang berlangsung dengan entengnya.
Kalau begitu itu merupakan perempuan dewasa.
Tapi bagaimana ia dapat berada di sekolah SD malam-malam begini?
Siapakah ia?
Itu ketika saya menyipitkan mataku.
"A-ayo keluar dari sini!"
Dengan teriakan Rinta, Aku ditarik ke belakang dengan kekuatan yang hebat.
Dia menawan tanganku kemudian berlari kabur.
Tubuhnya, yang daritadi gemetar ketakutan, mengerahkan tenaga yang besar lengan berkuasa menyerupai orang kurang berilmu yang berada di kawasan kebakaran alasannya merupakan darurat.
Karena saya ditarik, saya naik ke lantai dua dan tiga kemudian masuk ke salah satu ruang kelas.
"Hah... Hah...."
Ia menawan seseorang dengan tangannya dan berlari menaiki tangga kemudian ke lorong secepat yang ia bisa. Sebagai bukti keletihan fisiknya, Rinta kekurangan napas.
Aku tak mencicipi letih alasannya merupakan saya cuma membiarkan kekuatannya membawaku. Aku merasa menyerupai layang-layang yang sedang melayang.
"Y-y-ya Tuhan, K-Kakeru! Itu hantu!"
"Hantu?"
Meskipun dia gemetar ketakutan, Rinta menjajal sekuat tenaga untuk memberi tahu itu padaku.
Sepertinya Rinta keliru wacana orang yang gres saja ia lihat selaku hantu dan menjajal kabur dari tkp.
"Tenanglah sedikit, Rinta. itu tak mungkin hantu."
"T-tapi! I-itu wanita!"
"Dengan logikamu itu, memiliki arti setengah populasi insan merupakan hantu."
Apa kau mau bilang bahwa semua perempuan merupakan hantu? Penggemar hal ghaib manapun di dunia tak akan mengusulkan teori konyol semacam itu.
"T-t-tidak, bukan begitu! Anehnya, ada perempuan yang berada disini jam segini!"
"Itu.... memang benar!"
Meskipun itu bukan hantu, dapat jadi itu merupakan orang mesum.
Mungkinkah pencuri yang menerobos ke sekolah?
Atau perempuan asusila shotacon akut.
Ini tak bagus. Jika begitu, kami merupakan mangsa yang empuk baginya.
Lagipula, saya dan Rinta merupakan anak kelas satu yang memiliki sifat shota tulen.
Jika ini terjadi, maka saya dan Rinta sedang dalam ancaman besar.
Jika ini terjadi, saya mesti melarikan diri dari malam di sekolah tanpa tertangkap oleh perempuan asusila entah bagaimana caranya.
"WAAAAAAAAA!!!!!"
"Apa? Apa yang salah?"
Tiba-tiba, Rinta berteriak.
"P-p-p-p-pundak! A-a-ada bekas di bahu Kakeru!!"
"Tidak, ini merupakan bekas gara-gara kau menarikku."
Lagipula, orang yang menawan bahu kananku, merupakan Rinta.
"!? L-lalu, tangan yang ditarik...'
"Itu juga kau."
Apa kau lupa bagaimana kita dapat hingga disini? ya ampun.
Aku terkejut dengan fakta bahwa ia menyampaikan hal asing macam itu di kondisi darurat menyerupai ini.
Tapi itu terasa sedikit menurunkan keteganganku.
Itu merupakan kondisi darurat, dan saya mesti mempertahankan ketenanganku.
Prioritas utamaku merupakan keluar dari sekolah tanpa terlihat oleh perempuan di lantai 1.
Tak mungkin saya kabur lewat jendela menyerupai di film.
Jatuh dari lantai 3 akan berbahaya. Bukan bagi tubuhku, namun bagi nyawaku.
Bagaimanapun, satu-satunya jalan untuk meraih pintu depan merupakan dengan menuruni tangga.
Untuk hal itu juga, akan berbahaya. bukan untuk nyawaku, namun untuk tubuhku.
Jika begitu, kita akan mengambil jalan memutar dan menggunakan pintu belakang.
"A-ayo keluar dari sini!"
"Ya, harus.'
Pikiran Rinta mulai melayang.
Kami mesti bergerak cepat.
"Tap."
““――!?””
Langkah kaki.
Wanita yang harusnya tadi berada di lantai 1 kini sudah berada di lantai 3.
Aku bahkan belum mendengar bunyi langkah kaki menaiki tangga, namun tiba-tiba, dia sudah berada di erat ruang kelas dimana saya sedang bersembunyi.
Itu tak mungkin betul-betul hantu.
Tidak, tidak! Itu tak mungkin!
Aku gres saja memberitahumu bahwa saya tak memepercayai sesuatu tak ilmiah menyerupai itu.
Jika saya meyakinkan bahwa itu merupakan hantu, maka saya merupakan orang yang tak dapat memegang kata-katanya sendiri.
Tidak, logikanya, saya cuma mempertimbangkan itu di kepalaku dan tidak mengatakannya.
Itu merupakan orang, tak peduli apapun yang kupikirkan.
Wanita yang tadi di lantai 1 niscaya menaiki tangga tanpa menghasilkan suara. Itu benar. Pasti begitu.
Phew, saya lega.....
Aku mengelus dadaku untuk sesaat――
Tidak, saya sama sekali tak lega!
Itu bukan memiliki arti mereka merupakan orang asusila yang tak berbahaya. Jika memang tak berbahaya, maka itu bukanlah orang mesum, dan jikalau sesuatu itu menerobos SD, maka itu sungguh berbahaya.
Itu bahkan lebih berbahaya dibandingkan dengan hantu!
"K-Kakeru..."
"Diamlah. Diam saja dan biarkan dia berlalu."
"Tap...... Tap.........."
Langkah kaki itu berhenti di depan ruang kelas.
Aku sudah ketahuan.
Aku merasa sekujur tubuhku merinding ketika saya menyadari ini.
Apa lagi yang bisa kulakukan selain lari demi hidupku?
Tapi walaupun saya melatih kekuatan fisikku setiap hari, saya masihlah seorang anak kecil.
Seorang perempuan sampaumur dapat menangkapku dengan mudah.
Dan walaupun saya punya kaki yang besar lengan berkuasa untuk kabur, apa yang hendak ditangani Rinta?
Aku tak dapat lari dan meninggalkan temanku begitu saja.
Aku menjajal untuk bersembunyi di suatu tempat, namun niscaya akan menghasilkan suara.
Segalanya tak bagus.
Aku tak mempercayai hal spiritual, namun untuk sekarang, saya akan berdoa pada Tuhan dengan seluruh harap.
Aku memuji dengan doa Orang Buddha, menyilangkan tanganku, dan berdoa dengan adonan dari aneka macam agama, namun percuma saja, pintu kelas perlahan terbuka.
"K-Kakeru...!"
"!"
Itu ketika saya menghasilkan keputusan.
"Itosaki-kun dan Sunagawa-kun? Apa yang kalian laksanakan disini?"
Orang yang membuka pintu memanggilku.
Itu merupakan bunyi yang serupa yang nyaris saban hari kudengar.
"Sa-Misato-sensei?"
Itu merupakan Misato-sensei, yang tengah giliran berjaga.
"Kau tak dapat menerobos ke sekolah begitu saja cuma alasannya merupakan kau melalaikan PR mu..."
""Ya, Maafkan aku.""
Aku dan Rinta disuruh untuk duduk di lantai di lorong dan sedang diceramahi oleh Misato-sensei.
Kami layak mendapat itu.
"Ini merupakan kesalahan pertama kalian, jadi saya tak akan melaporkannya pada orangtua kalian kali ini, namun tak akan ada kali kedua."
"Ya, saya mengerti."
Aku mengangkat punggungku dan mengambil hati perkataan sensei.
――Ketika saya mengenali identitas perempuan itu merupakan Misato-sensei, itu menjadi masuk akal.
Pintu depan terbuka.
Bukannya ia lupa mengunci pintu depan alasannya merupakan tak hati-hati, ataupun dia sedang menangkal beberapa penyusup. Simpelnya ia masih dalam giliran berjaga dan pintu depan yang semestinya dikunci paling terakhir masih terbuka.
... Tapi masih ada satu hal yang menggangguku.
"Bu guru cantik, bolehkah aku, anak kurang berilmu ini, menanyakan satu pertanyaan?"
"Ya, silakan."
Sensei mengangguk seakan dia merupakan ojou-sama.
Lagipula, dia merupakan guru yang baik.
Karena ia mengizinkan, saya membuka mulut.
"Um..... mengapa sensei tak menyapa kami ketika kita berjumpa di lantai 1?"
Aku berjumpa dengannya di lantai 1.
Wanita yang kulihat dikala itu mungkin itu merupakan Misato-sensei, jikalau menyaksikan keadaannya.
Kami tak tahu kalau itu merupakan Misato-sensei, namun kami tahu ada seseorang disana.
Harusnya itu juga berlaku pada Misato-senei, yang bangun berseberangan dengan kami ketika itu.
Jika begitu, mengapa ia tak mengundang kami?
Itu langkah-langkah yang tak masuk akal dengan tak bicara padanya disana.
Mungkin saja Misato-sensei, atau Deputi Misato lebih tepatnya, memiliki program yang tak dapat dibayangkan oleh orang bodoh, menyerupai diriku.
Aku menanyakan hal itu, namun ketika saya memiringkan kepalaku, ia juga memiringkan kepalanya keheranan.
"Apa maksudmu lantai 1?"
Lagi-lagi, ia memiringkan kepalanya ketika menyikapi pertanyaanku.
"Tidak, maksudku, kita berjumpa tadi di lantai 1."
"......?"
Aku tak dapat menceritakannya secara runtut.
Aku memiringkan kepalaku lagi, keheranan wacana apa yang terjadi.
Aku punya firasat buruk.
Aku tidak ingin mempertimbangkan itu jikalau saya tak dapat mengontrolnya. Hanya suatu aliran itu bisa membuatku cuek sekujur tubuh, itu merupakan firasat yang menakutiku.
Itu tak mungkin. Itu tak mungkin benar.
Aku mengingkarinya, nyaris saja mengakuinya.
Tapi kemudian, jahatnya, Misato-sensei menyampaikan ini.
"Ini pertama kalinya saya menyaksikan kalian berdua bersama."
Previous Chapter | Next Chapter
Sumber https://mangabookktranslation.blogspot.com/