[Wn] Shougaku Ichinensei Ni Modotta Node Kenjitsu Ni Ikiru - Chapter 44
Translator: Aaldiwang
Editor: ?
Chapter 44 - Bertukar Cemilan
Setelah waktu makan siang yang kelihatannya tidak menggembirakan meningkat menjadi waktu yang indah ―aku bersyukur atas peberian teman-teman sekelasku, kami kini sedang di tengah waktu nyemil.
Ini yaitu waktunya untuk mengkonsumsi cemilan yang kamu bawa atau bertukar dengan teman-teman.
"Ahhhh! Cokelatku hilang!"
Dari kejauhan, saya sanggup mendengar teriakan Rinta.
Rinta kelihatannya sedang menghadapi satu insiden tertentu yang sudah disangka dalam karya wisata.
Baiklah, baiklah, biarkan saja beliau sendiri....
Aku punya banyak hal yang mesti kukerjakan, kamu tahu.
"Imai-kun. Kau ada sedikit waktu?"
"itoaki-kun? Ya, tetapi..."
Aku mengundang Imai-kun, yang sedang berada dalam suatu kalangan untuk bertukar cemilan.
Lagipula, akan lebih layak bila saya memanggilnya apalagi dahulu, alasannya yaitu ia yang pertama membuatkan padaku.
"Ini. Ambillah jikalau kamu mau."
Aku menawarkannya masakan ringan anggun kering yang dikemas terpisah, salah satu cemilan yang kubeli dengan harga kurang dari 300 yen.
"Apa? Mengapa?"
Ia bertanya, bukan candaan, namun suatu pertanyaan yang sungguh-sungguh jujur.
Alasan reaksinya menyerupai itu mungkin karena, dalam pikirannya, kenyataan bahwa ia membuatkan makan siangnya bukanlah sesuatu yang layak untuk diberi ucapan terima kasih.
Tak cuma beliau ganteng dalam penampilannya, namun juga baik karakternya.
Aku tak berpikir saya akan iri padanya alasannya yaitu ia memiliki tampang yang rupawan.
"Yahh, kamu tahu, saya cuma berterima kasih alasannya yaitu kamu membagi makan siangmu denganku..... Baiklah, sesuatu menyerupai itu."
Aku belum punya pengalaman memberi sesuatu pada seseorang selaku ucapan terima kasih dengan menghadap penduduknya eksklusif menyerupai ini, jadi ini sedikit memalukan.
Aku ingin tahu apakah menyerupai ini rasanya di saat mengirim surat cinta. Aku belum pernah memberi atau menemukan satupun sih.
"Benarkah? Ya, terima kasih!"
Ia sungguh-sungguh senang menemukan proteksi itu, meski itu bukanlah proteksi yang besar ataupun berarti.
Ketika saya melihatnya menyerupai ini, saya menyadari beliau hanyalah anak kecil.
Aku tersenyum sesaat...
"Ah! Curang kalau cuma Imai! Beri saya satu juga, Itosaki!"
"Oh, yeah. Tak masalah."
Teman sekelasku yang umumnya bermain dengan Imai-kun meminta masakan ringan anggun keringku.
Aku ingat beliau sudah membagi makan siangnya denganku.
Kupikir seluruhnya sayuran, tetapi....
"Aku sudah berbagi, jadi berikanlah saya beberapa."
"Oh, yeah.'
"Itosaki-kun, apa kamu sedang bagi-bagi masakan ringan anggun kering? Aku juga ingin beberapa."
"Tentu."
"Kakeru, beri saya beberapa juga."
"Tentu, saya akan beri satu pada Rinta."
Jumlah anak yang meminta masakan ringan anggun kering kian bertambah, dan dengan ccepat terbentuklah kerumunan orang-orang di sekitarku.
Pada akhirnya, bahkan anak yang tidak ikut membagikan makan siangnya juga tiba padaku, alasannya yaitu salah berpikir bahwa saya sedang membagikannya cuma-cuma.
Ada total masakan ringan anggun kering lebih dari cukup untuk semua kawan dekat sekelas, tadi tak perlu resah bila kehabisan.
Jika tak cukup, anak yang tak kebagian mungkin akan marah. Aku senang alasannya yaitu saya berbelanja dalamjumlah yang banyak.
Satu demi satu, kuletakkan masakan ringan anggun kering pada tangan-tangan mereka, dan di saat jumlah masakan ringan anggun kering sudah kurang dari setengahnya, kerumunan teman-teman ekelasku sudah mulai berkurang.
“Sho-kun♪”
Seakan sudah memperkirakan waktunya, Mizui-san menggenggam tangannya dengan tatapan berharap di matanya.
"Ah, ya, Untukmu juga, Mizui-san."
Aku meletakkan masakan ringan anggun kering di tangannya nyaris secara refleks, alasannya yaitu saya sudah menjalankan hal yang serupa sejak awal.
Lagipula, Mizui-san masihlah bawah umur di saat ia tiba padaku dan meminta masakan ringan anggun kering.
Aku sedang membayangkan betapa bahagianya ia nantinya alasannya yaitu menemukan masakan ringan anggun kering dariku.
".........."
"...... A-ada apa?"
Karena beberapa alasan, Mizui-san menyaksikan masakan ringan anggun kering di tangannya dengan kecewa menyerupai anak kecil yang menemukan buku soal ebagai kado ulang tahunnya.
Apa? Itu yaitu masakan ringan anggun yang serupa menyerupai yang kuberikan pada yang lain.
Apa kamu memintaku untuk memberimu lebih? saya yaki Mizui-san tak serakus itu.
Aku tidak memiliki inspirasi wacana apa yang ia permasalahkan.
"Seperti..... yang lainnya?"
"Ya."
Aku tak akan sejahat itu dan memberi sesuatu yang lebih kecil atau lebih hemat biaya dibanding yang yang lain pada Mizui-san.
Aku percaya saya memberi sesuatu yang serupa dengan semuanya.
"Umm, apa kamu tak menggemari masakan ringan anggun kering?"
"Bukan, sama sekali bukan begitu――...... Apa ini sungguh-sungguh sesuatu yang serupa menyerupai yang lainnya?"
Dia mengajukan pertanyaan dengan tak percaya.
"Itu sama."
"Meski yang kamu berikan padaku?"
"Ya."
"Bagaimana perasaanmu di saat kamu memberiku ini?"
"Perasan? Baiklah, yeah. Sama eperti lainnya."
Aku cuma berterimakasih pada Mizui-san menyerupai pada teman-temanku alasannya yaitu sudah membuatkan makanannya denganku.
Bagaimanapun, entah mengapa ia tak puas.
Apakah ada sesuatu yang kurang selaku ucapan terima kasih?
“………… Bagaimana kamu menggemari telur gulung yang kubagi padamu?"
"Apa? Yahh, itu enak."
Mengapa kamu bicara wacana masakan yang sudah kamu bagi padaku di di saat ini?
Itu yaitu telur omelet yang sungguh-sungguh sungguh yummy sampai kamu tak akan mengira bahwa anak kelas satu eperti Mizui-san yang membuatnya, dan pasti saja rasanya lebih baik dibandingkan dengan masakan ringan anggun kering ini.
"Aku sudah berlatih untuk waktu yang usang alasannya yaitu saya ingin Sho-kun memakannya sebelum saya memisahkannya. Aku juga mengajukan pertanyaan pada ibunya Sho-kun rasa menyerupai apa yang ia sukai, jadi saya menjadikannya lebih manis. Aku juga kalut apakah ia akan menyukainya atau tidak, namun saya senang alasannya yaitu ia menyukainya. ――Tak menyerupai yang lain, tak menyerupai yang lain, saya menjadikannya sendiri cuma untuk Sho-kun, cuma untuk Sho-kun."
"Eh, hee, aku, mengerti....."
Mizui-san mengambil satu atau dua langkah lebih bersahabat denganku, dan saya melangkah mundur selangkah dua langah menyesuaikannya.
Mengapa kamu mendekat padaku? Dan mengapa kamu menyampaikan "tak menyerupai yang lain" dua kali?
Mizui-san sedikit demi sedikit melangkah ke depan, dan saya sedikit demi sedikit mundur ke belakang.
――Sampai akhirnya, suatu pohon dibelakangku membatasi jalan, membuatku tak sanggup mundur lebih jauh lagi.
Kemudian beliau mendekatkan lagi parasnya ke arahku.
"Apa yang kamu pikirkan?"
Itulah yang ia tanyakan padaku.
Apa maksudmu dengan, apa yang kupikirkan?
Apa saya mesti menyimak dongeng itu kemudian memberitahumu apa yang kurasakan?
…… Baiklah, kamu tahu, jikalau kamu menghasilkan itu untukku.
"Umm, terima... kasih..."
Kau mesti berterima kasih.
aku tidaklah sebegitu tak tahu diri sampai saya tak berterima kasih untuk banyak hal yang sudah kamu lakukan untukku.
Tapi tetap saja, parasnya masih belum cerah.
Reaksi mana yang benar yang mesti kuberikan?
Mizui-san bernafas mengeluh, seakan ia sudah mengalah akan sesuatu, kemudian melebarkan jaraknya yang tadinya dekat.
"Kurasa mengambil jalan memutar tidak berlangsung dengan mulus....."
Lalu ia bicara pelan pada dirinya dengan bunyi yang tak sanggup didengar siapapun.
Sepanjang waktu, seakan ada tanda tanya terbang di atas kepalaku.