DOWNLOAD EBOOK NOVEL MATAHARI - TERE LIYE (GRATIS)
Aku mengusap wajah, tetap belum terbiasa menatap Ali yang lincah berkelit mendribel bola di Iapangan. Dia lihai melewati dua Iawan seperti pemain profesional (penonton berteriak), juga dua lawan berikutnya lagi (teriakan semakin kencang), kemudian tanpa terkawal, penuh gaya Ali Iompat menembak kc keranjang. Gerakan tangannya begitu dramatis, bola melengkung. Masuk! Kupingku seperti pekak oleh teriakan histeris fans Ali ketika bola basket menembus keranjang. Satu-dua penonton meniup terompet kegirangan, menyambut poin tambahan dari Ali.
Aku menelan ludah. Ini pemandangan yang musykil-mungkin bisa masuk keajaiban dunia nomor delapan. Entah bagaimana caranya, si biang kerok, tukang cari ribut, yang pakaiannya selalu kusut, rambut berantakan, sering diusir guru dari kelas karena tidak mengerjakan PR, bertengkar, tidak punya teman (kecuali aku dan Seli), seminggu terakhir mendadak menjadi murid paling popular di sekolah. Semua orang meneriakkan namanya. Ali, Ali, dan Ali!
Lihatlah, di tengah lapangan, Ali sudah mengangkat tangannya tinggi-tinggi, tertawa lebar, membalas ceriakan fansnya yang semakin gila berseru-seru-termasuk Seli di sebelahku.
Aku menyikut lengan Seli.
"Eh, kenapa, Ra?" Seli menoleh.
Aku melotot, menahan kesal, sambil memperbaiki anak rambut di dahi. Salah satu balon tepuk yang dipegang Seli tidak sengaja mengenai kepalaku. "Lihat-Iihat dong, tidak usah berlebihanlah..."
Seli tertawa melihat ekspresi wajahku. "Maaf," ujarnya singkat, kemudian dia melanjutkan memukul balon tepuk bersama yang lain.
Tim basket sekolah kami semakin jauh meninggalkan lawan.
Poin sementara 42‘18, dengan Ali, lagialagi menjadi bintang pertandingan.
Minggu-minggu ini, di pertengahan semester, setiap hari Sabtu dan Minggu, OSIS sekolah kami mengadakan kompetisi pertandingan basket antar-SMA seluruh kota. Kompetisi ini rutin diadakan setiap tahun, salah satu kompetisi prestisius
dengan banvak sponsor dan IiDutan media. Hamoir semua