Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

DOWNLOAD EBOOK NOVEL NEGERI DI UJUNG TANDUK - TERE LIYE GRATIS




itu terlihat ramai. Seruan tertahan, suara mengaduh, suara te pisan, bunyi berdebuk, terbanting, teriakan menyemangati, hingga teriakan bersahut sahutan memenuhi langit langit ruangan. Satuadua betseru dalam bahasa yang tidak dipahami bahkan oleh orang yang berdiri di sebelahnya. Wajah wajah dan peraa wakan antarbangsa, wajah‘wajah antusias bercampur tegang.

Udara terasa pengap meski pendingin ruangan bekerja maksimal.

Dua petarung sedang jual-beli pukulan di tengah ruangan, bertinju. Arena pertandingan tanpa ring pemisah apalagi kerangkeng tertutup. Hanya lingkaran merah di atas lantai, berdiameter dual depa. Percik keringat petarung, dengus napas, suara pukulan menghantam badan, semuanya terdengar lang

sung, tanpa jarak. Penonton berkerumun di sekitar lingkaran,



berdesak-desakan, dan berdiri menonton. Tangan mereka terangkat menyemangati.

Ini jenis pertunjukan yang mengesankan.

Satu tinju Iagi menghantam cepat rahang salah seorang petarung. Membuat penonton berseru tertahan, sebagian besar berseru girang, ”Yes!" Sebagian mengeluh, "Oh, no!" Disusul tinju lainnya mengenai dagu, kali ini lebih telak. Sepersekian detik berlalu, penantang yang beberapa menit lalu masih terlihat segar bugar segera tumbang ke lantai. Knockout alias KO.

Pengunjung serempak berteriak kegirangan, melontarkan kebisingan.

Napas petamng satunya, yang masih berdiri kokoh di tengah arena, bahkan tidak terlihat tersengal. Hanya kausnya yang sedikit basah oleh keringat.

"Fantastico!"

"Bravo!”

Aku menelan ludah, melirik jam besar di tiang ruangan. Hanya dua menit lima belas detik lawan pertamanya dibuat tersungkur.

"Kau tidak akan berubah pikiran, bukanf" Sebuah tangan menyikut lenganku, berkata kencang, berusaha mengalahkan bising.

Aku menoleh, menatap wajah menyebalkan di sebelahku.

"Maksudku, jika kau mau, aku masih bisa membatalkan per

tarungan. Aku bisa pergi ke mereka, mengarang-ngarang alasan.