Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

DOWNLOAD EBOOK NOVEL ASIH - RISA SARASWATI (GRATIS)

Kala itu, Bandung adalah kota yang tenang, walau menurut orangtuaku, Bandung yang mereka Renal saat itu pun sudah terlalu bising dan sangat ramai. Nyatanya, kompleks sekitar perumahan nenekku selalu saja sepi selepas magrib, seolah sedang ada pergantian aktivitas manusia menjadi aktivitas dimensi baru makhluk lain di sana . 

Udara Bandung juga masih sangat sejuk. Kondisi tetbajk udara yang pernah kuhirup di kota ini adalah saat pagi, ketika menuju sekolah. Karena itulah, menurutku Bandung romantis, menorehkan banyak kenangan yang selaras dengan warna dan udaranya. 

Salah satu momen terbaik kota ini kudapat saat masih duduk di bangku sekolah dasar, sekitar tahun 1990-an. 

Memang, usiaku sudah banyak, tapi berkat segala kenangan dan cetita hantu hantu yang ada di sekelilingku, rasanya aku tak pemah merasa tua. 

Rumah tua yang kuhuni mungkin sudah bemsia puluhan tahun, bahkan sepertinya hampir menginjak satu abad. Ajajbnya, rumah itu tak pernah mengalami perubahan signiiikan sejak dibangun. Desain, interior. bahkan semua ruang di dalamnya terlihat klasik, seperti dalam buku buku sejarah yang menggambarkan rumah keluarga Belanda di Indonesia dulu. Di antara rumah lainnya, rumah nenekku ini yang paling terlihat tua, tanpa banyak renovasi seperti rumah rumah lainnya di kompleks. 

Suasana malam hari di kompleks berbeda dengan di daerah lain. Ada satu cerita masa kecil yang masih kuingat. Waktu itu, aku bermain main di halaman rumah selepas magrib. Bebempa anak kecil yang akan menuju mesjid melintasi kompleks itu, sambil bercanda dan tertawa tawa. Aku duduk di balik rumput liar yang tumbuh melampaui tubuhku di halaman rumah, memperhatikan mereka dari kejauhan. Saat melewati rumah nenekku, tiba tiba meteka semua berlari terbirit-birit seolah habis melihat hantu. Salah seorang bahkan berteriak, "Rumah setaaan! Rumah setaaan!!!" 

Bayangkan jika kalian menjadi aku. Saat itu aku masih SD, pindahan dari kota kecil, sedang mencoba beradaptasi 

dengan lingkungan, melihat segerombol anak berteriak meneriaki rumah tempat tinggalku dengan sebutan "Rumah Setan". Saat itu, aku hanya tersenyum hambar, menganggap teriakan mereka hanya lelucon anak kecil belaka. Mana kutahu kalau ternyata mereka tak main main? Mana kutahu jika di tumah itu akhirnya aku menemukan keluarga lain? Dan di rumah itu pula, akhimya aku berkenalan dengan sesosok hantu perempuan bernama "Asih". 


Cerita tentangnya sudah menjadi hal yang lazim di seputar kompleks rumah nenek. Sebelum aku mengenal nama itu, rupanya generasi di atas generasiku sudah mengenalnya lebih dahulu. Mereka bungkam, karena tak mau menakut nakuti otang lain dengan kisah menyeramkan yang terjadi di sana akibat hantu perempuan itu. 

Namanya Kasih. Mungkin kedua orangtuanya berharap dia akan lahir dengan hati yang kaya akan kasih sayang. Bisa saja awalnya memang begitu, sampai akhirnya dia benar benar seperti sosok yang tak punya hati. Entah sejak kapan panggilan "Asih" tersemat dalam dirinya. 

Rambut panjang berwarna hitam, tebal, dan tergerai menutupi punggung adalah khas seorang Asih. Banyak yang berharap masa depannya akan baik, bersinar seperti  beberapa orang orang desa yang hijrah ke kota besar. Dulu, kedua orangtuanya hanya berharap dia betpuas hati dengan menjadi seorang istri petani di desa. Tapi, mimpi Asih jauh melampaui itu. Lagipula, tak ada yang bisa dia harapkan dari para laki Iaki yang dia kenal sejak kecil di desa. Tekadnya untuk menjadi seorang perempuan mandiri telah membuatnya banyak berubah.